Enak di Kantor atau di Rumah?

Wuiiih… lama banget aku tidak mengunjungi blogku sendiri. Sepertinya blog ini sudah lumutan dan beberapa kali atapnya bocor kena hujan. (Halah! Mulai lebay deh… Hehe.) Beberapa hari kemarin memang banyak hal yang harus dikerjakan. (Mulai buat alasan …) Dan aku tak punya stok naskah yang bisa langsung dipublikasikan di blog. Ada sih tulisan pendek-pendek, tapi ibarat makanan, itu belum matang. Masih harus ditambahi, diedit… dan kalau perlu ditulis ulang. Hehehe.

Oke, sekarang mau cerita apa enaknya? Cerita yang ringan-ringan saja ya. Sesuatu yang menyerempet-nyerempet pekerjaanku.

Beberapa kali setiap ketemu orang baru, aku sering ditanyai: “Kerja di mana?” Nah, ini sebenarnya pertanyaan yang agak panjang penjelasannya. Kata “di mana” berarti menunjuk tempat, kan? Jadi, aku jawab, “Di rumah.” Dan tak jarang orang agak bingung waktu mendengar jawabanku. Kok kerja di rumah? Ibu rumah tangga? Ya. Sebagai istri, ya aku jadi ibu rumah tangga biasa. Eh, belum ibu ding. Istri rumah tangga aja kalau begitu. Hehehe. Tapi memang aku benar-benar bekerja di rumah. Alias, pekerjaanku kukerjakan di rumah. Bukan di kantor.

Selama ini aktivitasku tak jauh-jauh dari komputer dan internet. Ah, cuma ngetik-ngetik saja kok. Kalau ada yang perlu diketik, ya diketik. Kalau ada yang perlu diganti bahasanya, ya diganti. Kalau ada kalimat yang agak kurang enak, ya diubah dikit-dikit. Biasa saja. Bukan pekerjaan yang wah atau bagaimana gitu. Tapi ya begitulah, semuanya kukerjakan di rumah. Nah, tapi tidak semua orang mengerti soal ini.

Biasanya sih setelah aku menjelaskan soal pekerjaanku, orang akan bilang, “Wah enak ya?” Hmmm … Aku biasanya aku menjawab, “Sama saja. Ada enak, ada enggaknya.” Aku pernah mengalami menjadi karyawan biasa. Sebagai pegawai kantoran, kupikir ada enaknya juga. Tiap bulan, gaji dengan nominal yang relatif tetap (bahkan bisa naik kan tiap tahun), masuk ke rekening. Enggak enaknya kerja kantoran kalau bagiku tuh soal waktu yang kadang tidak bisa fleksibel. Kadang jatah cuti bukannya nambah, malah kepotong cuti bersama. (Itu kalau kantorku dulu sih.) Kadang pas ingin mencoba hal-hal baru, kita kepentok dengan aturan kantor. Kalau kita cukup bagus prestasinya, syukur-syukur bosnya baik, karier bisa naik. Kalau tidak ya apes saja, mentok di situ-situ saja. Tapi kalau bosnya bikin eneg, kerja kantoran ya ibarat neraka. Malessss…. Ke laut aja deh Pak, Bu Bos…! Itu kelebihan dan kekurangan bekerja kantoran–menurutku lo.

Nah, kalau kerja di rumah? Aku tak tahu apa yang ada di pikiran orang-orang setiap kali kita aku mengatakan aku bekerja di rumah. Soalnya tanggapannya hampir selalu sama: “Enak ya.” Mungkin bayangan orang-orang tuh, kalau bekerja di rumah, aku bisa tidur-tiduran. Hihihi. Tapi memang bisa begitu sih. Setidaknya kalau siang kita ngantuk, aku bisa tidur. Tapi ya tetep saja tidak bisa selalu begitu kan. Soalnya kalau tidur terus, kapan kerjanya? Bekerja di rumah tidak enaknya adalah, tidak setiap bulan ada gaji tetap yang masuk. Kadang dapat banyak, kadang sedikit. Kalau kerjaan belum selesai, ya jangan berharap bakal ada uang yang masuk rekening kita. Jadi, semuanya tergantung pada usaha kita. Yang enak lagi, jika bekerja di rumah, kalau kita ingin mengeksplorasi sesuatu hal yang sesuai minat kita, waktu bisa lebih longgar. Tidak perlu menunggu akhir pekan atau saat cuti. Rasanya lebih bebas sih. Satu lagi enaknya kerja di rumah jika di Jakarta ini: tidak perlu menghadapi macetnya jalanan di waktu jam berangkat dan pulang kantor! Macet itu sangat tidak nikmaaaat …. Selain itu, aku tidak perlu menghadapi gosip-gosip di kantor yang tidak perlu, politik kantor, dan teman-teman atau atasan yang kadang bikin eneg. *Eit, ini nggak menyindir siapa-siapa lo. Cuma kadang denger curhat dari temen-temen yang masih ngantor…. Hehehe. Tapi kalau merasa tersindir, ya tidak dilarang. Hahaha :p*

Setelah dipikir-pikir, enak mana sih sebenarnya: kerja di rumah atau kerja kantoran? Semua ada enak dan tidaknya. Yang jelas, kalau kita menyukai apa pun yang kita kerjakan, semuanya akan terasa menyenangkan. Iya kan?

20 thoughts on “Enak di Kantor atau di Rumah?

  1. SETUJUUU – Yang penting menikmati pekerjaan 🙂

    Walau ditempat kerja ku banyak politik dan tetek bengek, aku selalu berusaha netral dan menghargai setiap orang.

    Satu hal yang penting untuk diingat juga… Jangan berusaha supaya dirimu disukai semua orang, soalnya itu tidak mungkin. Yang penting, berusahalah to get along with everyone 🙂

    Kalo kerja dirumah? Aku belom pernah coba, tapi sepertinya aku gak cocok kalo di rumah, 😀 motivasi kurang.

    1. Emang, kalau kerja di rumah tuh mesti bisa memotivasi diri sendiri. Dan itu agak berat buat orang yg biasa kerja kantoran… *sepertinya sih…*

  2. godaan waktu bekerja di rumah AMAT SANGAT BANYAK hihihi.

    biasanya kalau tidak ada kerjaan aku insomnia, susah tidur. Tapi begitu ada kerjaan bejibun, insomnianya sembuh tuh, bawaannya ngantuk terus hihihi

    EM

    1. Betul Mbak… Adaaa aja godaannya. Belum lagi kerjaan rumah seperti beres2, masak, dll. Huuu… capeeek oi!

  3. Yang selanjutnya… menyenangkan dan mencukupi kebutuhan biasanya dua hal yang berbeda, Kris…
    Syukur2 kalau keduanya bisa digabung dalam hal yang tetap menyenangkan…

    1. Paling enak kalau bisa menghasilkan uang dari hobi. Apalagi kalau duitnya lumayan dapetnya… Sangat… sangat menyenangkan!

  4. Buat yang kerja di kantor dengan rutinitas membosankan, pasti pengen ngerasain enaknya kerja di rumah.

    Kalo udah kelamaan di rumah dan job sepi, pengen balik lagi kantoran, hehehe…

    1. Mbak, kalau saya kok masih belum pengen balik kerja kantoran lagi ya? Apalagi kalau di Jakarta ini kerja kantoran mesti siap berhadapan dg macet. Wah, kayaknya saya milih kerja di rumah saja deh… hehehe. Tapi makasih sudah mampir ya 😉

  5. Kalau saya ?
    Jelas enak kerja di Rumah Kris …

    Tetapi ini bukan karena seperti apa yang dipikirkan oleh teman-teman mu lho …

    Yang jelas kalau kerja dirumah …
    Saya tidak perlu kesusu-susu …
    I set my own pace …

    Ndak enaknya …
    Menepis omongan tetangga … ini orang kok sarungan terus dirumah … apa ndak kerja ya ?

    hahahaha …

    Salam saya Kris …

    1. Bener Om.. di rumah bisa mengeset “pace” sendiri. Tapi kadang kalau ada deadline, ya srudak-sruduk juga nih… hihihi. Btw, asal sarungnya tiap hari ganti, nggak apa2 kali Om… 😀

  6. Bekerja di rumah lebih berat, yang jelas sering oleh tetangga dianggap nganggur. Awalnya karena suatu ketika ibunya bu RW (bu RW sendiri dokter) mampir ke rumah, buat pengumungan untuk lingkungan. Begitu tahu saya di rumah, langsung capnya saya agak longgar, suatu ketika saya dikirimi blouse batik coklat..pembantuku saat itu masih baru, nggak ngeh dipakai untuk apa…dan blouse kegedean…terpaksa dikecilkan. Ditunggu nggak ada kabar apa-apa, rupanya saya didatangi pas ada tugas keluar kota…hahaha..tahu nggak, ternyata baju itu untuk dipakai saat menambut bu Lurah yang berkunjung ke RW kami.

    Aduh..duh….lha bu Lurah datang aja kok heboh…..hihihi

    1. Iya, Bu… saya juga suka dikira “nganggur” di rumah. Kebanyakan orang masih berpikir, kalau bekerja itu ya di kantor. Di rumah leyeh2 dan istirahat. Awalnya nggak enak juga sama tetangga. Tapi lama2 cuek saja deh.

  7. ..
    Orang jawa bilang sawang sinawang, ya mbak..
    ..
    Dulu pas jd karyawan musti tanggung jawab sama atasan & perusahaan..
    Tapi sekarang punya usaha sendiri musti menanggung gaji pegawai..
    Podho wae..
    😀
    ..

Leave a comment