Sejak setahun kemarin aku “ketiban sampur” menjadi sekretaris lingkungan. (Di gereja Katolik, umat dibagi per wilayah, lalu per wilayah dibagi lagi menjadi per lingkungan. Semacam tingkat RW dan RT lah kira-kira.) Kupikir, tugas sekretaris hanya bikin undangan kalau ada sembayangan, latihan kor, dan semacamnya. E, ternyata tidak begitu doang.
Selama pandemi kemarin, kami tidak bisa ikut datang misa sesuka hati. Ada jadwalnya. Lingkungan X, misanya Minggu jam sekian. Nanti minggu berikutnya libur. Untuk menentukan siapa yang bisa ikut misa, umat perlu didaftar. Nah, untuk keperluan daftar-daftar itulah kemudian data umat mau tak mau harus betul-betul dirapikan.
Kupikir urusan merapikan data itu sudah tugas sekretaris periode sebelumnya. Eh, ternyata aku masih kebagian tugas karena masih banyak data yang belum lengkap. Jadilah aku menyisir siapa saja yang datanya belum lengkap: yang nomor KK atau NIK-nya keliru, yang data baptisnya belum ada.
Salah satu data yang perlu dikumpulkan adalah data baptis. Ini gampang-gampang susah. Ada umat yang kehilangan surat baptisnya. Ke mana mencarinya? Ini uniknya. Data baptis umat Katolik selama ini tercatat cukup rapi. Asal kita tahu paroki tempat kita dibaptis, kita bisa menelusurinya kembali. Kemarin ada satu ibu yang sudah berbelas tahun kehilangan surat baptis. Dia bilang, dulu dia dibaptis di sebuah rumah sakit Katolik di Surabaya pada tahun 1963. Semula aku hendak mengabaikan hilangnya surat baptis tersebut. Ah, tidak penting-penting amat, pikirku. Tapi kok kalau dipikir, ya penting juga. Kalau pengumpulan data umat ini lengkap dan benar, mesti akan sangat membantu gereja.
Aku pun bertanya kepada orang yang kira-kira punya akses ke rumah sakit tersebut. Ternyata tidak sesulit yang kubayangkan. Setelah aku mendapat nomor kontak pihak RS yang bisa membantu mencarikan datanya, surat baptis tersebut bisa ditemukan catatannya! Aku tidak mengira catatan baptis 60 tahun lalu bisa ketemu. Aku takjub dan ikut merasa senang.
Ini salah satu berkah pandemi. Dengan adanya pandemi, admin lingkungan didorong untuk merapikan data. Jadi, kini data umat jadi lebih rapi.