Belakangan ini pertanyaan itu sering muncul di kepalaku. Kenapa sih aku ngeblog?
Pertanyaan ini mengingatkanku pada masa-masa ketika aku belum punya blog dan baru senang blogwalking. Membaca blog-blog yang bertebaran di dunia maya itu menghiburku. Seperti mendengar cerita dari seorang teman. Padahal ya belum tentu aku kenal para pemilik blog itu. Sebagian besar malah aku tidak kenal. Lalu aku berpikir, kayaknya asyik juga ya punya blog, bisa menulis apa saja yang ada di kepalaku dan menuangkan apa yang selama ini cuma jadi ganjalan dan tertimbun di sudut-sudut hati. Lagi pula aku bukan orang yang pandai bicara untuk mengungkapkan isi kepala dan hati. Kalau pun aku bicara, belum tentu ada yang mau mendengarkan. Siapa yang betah dicurhati terlalu lama? Siapa yang mau mendengarkan ocehan tidak berguna? Dan lagi, dengan punya blog aku bisa belajar menulis. Kalau untuk nggambleh–bicara ngalor-ngidul–saja aku tidak jago, masak aku tidak bisa menuangkan pikiranku lewat tulisan? Lha apa gunanya pelajaran mengarang selama sekolah dulu dong? Hi hi.
Aku menulis pertama-tama untuk diriku sendiri; supaya isi kepalaku tidak terlalu penuh. Dan rasa-rasanya cara itu berhasil. Selama ini aku hanya sibuk berbicara dengan diriku sendiri;Â dan pikiran itu akan muncul terus sebelum aku tuliskan. Ibarat perut yang jika isinya tidak dibuang secara teratur bisa membuat mules, pikiran yang terlalu penuh kurasa hanya akan membuat stres. Jadi, blog adalah salah satu sarana supaya aku tidak perlu membayar psikolog.
Selama blogwalking, aku senang ketika menemukan teman-teman yang tulisannya asyik. Asyik buatku belum tentu asyik buat orang lain. Aku senang jika menemukan tulisan-tulisan yang mengemukakan ide-ide unik, nyeleneh, atau sekadar cerita keseharian. Senang juga jika aku menemukan informasi atau bahan pembelajaran. Kalau buatku, bahan pembelajaran yang kumaksud lebih berkaitan dengan pekerjaanku. Beberapa penerjemah membuat blog dan membagikan tips penerjemahan atau meluweskan kalimat. Dalam hal ini memiliki blog bisa menjadi salah satu sarana untuk berbagi.
Saat blogwalking, aku menemukan beberapa macam blog. Ada yang isinya iklan, ada yang jualan, ada yang memenuhinya dengan resep makanan atau tips, resensi buku. Ada blog yang isinya curhat menye-menye, kata-kata penuh motivasi, cerita tentang keluarga atau pekerjaannya. Macam-macam. Aku sendiri lebih suka membaca blog yang tidak berisi iklan (entah yang terselubung maupun tidak). Biasanya kalau di blog tersebut mulai banyak iklannya, aku jarang menengoknya lagi. Mungkin karena blog sendiri isinya tulisan biasa, ya. Jadi, lebih karena merasa “tidak nyambung” atau bukan termasuk seleraku. Dan kupikir itu pilihan masing-masing pemilik blog. Blog itu ibarat tanah kosong, terserah mau didirikan apa di situ. Mau dibuat toko, sekolah, rumah, gedung serbaguna. Terserah. Blog-blog yang kukunjungi itu juga macam-macam jika ditilik dari pengunjungnya. Ada yang tampaknya sepi pengunjung, padahal tulisan dan tampilannya bagus. Tidak sedikit yang seperti itu. Mungkin pemilik blog itu jarang blogwalking (kaya aku hi hi 😀 :D). Ada pula yang tulisan atau isinya biasa saja tapi tampaknya ramai sekali–banyak komentarnya dan kadang-kadang ada tanggapan dari pemilik blog.
Aku sendiri tidak terlalu ambil pusing soal komentar. Wong niatku ngeblog itu utamanya untuk menghibur diri, ngudar rasa, dan latihan nulis, jadi komentar teman lain itu kuanggap bonus. Yang namanya bonus, pasti diterima dengan senang hati kan? Tapi kalau sepi komentar, ya tidak apa-apa. Setidaknya tujuanku yang pertama untuk ngeblog sudah terpenuhi. Wong aku juga kalau blogwalking tidak selalu meninggalkan komentar kok menuntut orang lain berkomentar. 😀 Tapi satu hal yang perlu aku sampaikan: aku senang dengan pertemanan yang terjalin lewat blog. 🙂
Kamu sendiri, kenapa ngeblog?