Rasanya belakangan ini isi kepalaku cukup penuh dan waktu begitu sempit sehingga aku sulit menulis blog, bahkan aku kehilangan selera memasang foto di IG. Malam menjelang tahun baru ini pun waktu semakin terasa sempit, mengingat tenggat semakin dekat tetapi ada saja hal-hal masih membingungkan bagiku terkait soal pekerjaan yang ada di depan mata ini.
Karena aku tak ingin kehilangan kesempatan menulis pada akhir tahun 2020 ini, aku berusaha menulis sesempatku, sebisaku. Kalau aku mengingat-ingat tenggat, tak akan ada waktu untuk menulis walau hanya sebaris.
Aku masih ingat pada awal pandemi, sekitar bulan Maret, aku masih merayakan ulang tahun seorang teman di Rocky, dilanjutkan menikmati gelato. Aku masih menyangsikan apakah pandemi di Wuhan sana bakal sampai Jogja. Eh, ternyata minggu berikutnya mulai ada lockdown.
Aku ingat, waktu itu aku masih bisa jalan pagi di sebuah ledok, tak jauh dari rumah. Pemandangan di ledok itu cukup bagus, pohon-pohon masih banyak. Jadi, sejuk banget! Tapi tak lama kemudian, ledok itu ditutup karena kampung tempat ledok itu berada menerapkan lockdown. Setelah itu aku beralih jalan pagi di sekitar rumah saja. Murah, meriah, yang penting sehat.
Sebelum pandemi, aku sebenarnya ikut yoga bersama ibu-ibu lingkungan. Berhubung ada lockdown di kampung-kampung, yoga tiap Sabtu pun dihentikan. Aku, yang merasa perlu mengolahragakan kaki, sebenarnya merasa kehilangan sejak yoga bersama itu dihentikan. Tapi kemudian kupikir aku mau ambil privat yoga saja. Acara privat yoga itu berjalan 2 kali, dan akhirnya diteruskan dengan yoga bersama di rumah Mbak Ira. Aku sih senang bisa yoga bareng begitu. Pertama, rumahku dengan Mbak Ira dekat. Kedua, yoga bersama (berempat atau berlima, bahkan kadang hanya bertiga) itu menumbuhkan semangat. Awalnya seminggu sekali, tetapi karena Mas Yanuar merasa perlu latihan lebih sering, kami yoga dua kali seminggu. Jatuhnya lebih mahal sih biayanya, tapi untungnya ada saja rejeki yang kudapat, sehingga yoga dua kali seminggu bisa kuikuti. Aku merasa yoga menjadi suatu kebutuhan buatku, terutama bermanfaat buat kaki kananku yang sering nyeri.
Jadi, apa cerita tahun 2020 ini bagiku? Tahun ini aku sempat merasa galau bin nano-nano pas tahu bahwa pandemi ini akhirnya sampai juga ke Jogja. Tapi tahun ini aku merasa senang bisa terlibat dalam proyek pembuatan modul pembelajaran. Aku yang sempat ragu bakal bisa beryoga lagi, ternyata malah bisa ikut yoga lebih rutin, dekat rumah lagi. Thanks to Mbak Ira!
Pertengahan tahun ini, ng … tidak tengah banget sih, sekitar Agustus, aku mendapat kejutan pertemuan yang mengesankan. Hmm … I will keep the story for myself. Sedikit kutulis di sini supaya tak terlupa. Thanks to you for beautiful and warm “reunion”.
Oiya, awal Desember kemarin aku sempat mencoba menyetir Salatiga-Jogja. Sempat takut-takut. Tapi ternyata tidak semenakutkan yang kukira. Yeah! Semoga bisa lanjut ke kota-kota lain.
Tahun 2020 tidak buruk buatku. Justru aku menemukan keberuntungan-keberuntungan kecil yang menghangatkan. 🙂 Semoga tahun depan lebih baik.