Ada beberapa blog yang biasa aku kunjungi. Ada yang teratur aku kunjungi, ada yang tidak. Dari beberapa blog itu, aku kadang memberi komentar, kadang ya baca-baca saja. Kalau tulisannya terlalu pribadi, biasanya aku tidak meninggalkan jejak. Misalnya, si penulis menceritakan sakitnya, aku biasanya baca diam-diam saja. Kalau sudah berteman dengan narablog tersebut, ya kadang aku nulis komentar.
Aku biasa membaca blog teman–entah teman jauh atau teman dekat. Suka aja. Membaca tulisan yang mungkin kesannya remeh temeh, tentang hal sehari-hari yang juga biasa aku jumpai, kadang membuatku merasa tidak sendirian.
Tapi seperti yang sudah aku katakan tadi, aku tidak selalu memberi komentar. Baca-baca saja.
Nah, salah satu blog yang aku ikuti adalah blognya Femi.
Femi ini seingatku kukenal ketika awal-awal aku kerja dulu. Atau pas akhir masa kuliahku ya? Lupa deh. Aku tidak kenal dekat. Aku kenal dia waktu aku bergabung di Sanggar Talenta. Ini adalah sanggar penulisan. Biasanya sanggar ini mengadakan diskusi dan kemudian sama-sama membuat tulisan. Anggotanya tidak terlalu banyak. Isinya anak muda semua. Dan Femi salah satu anggotanya.
Kami biasanya berkumpul di Kanisius. Dan memang dulunya beberapa tulisan anak Sanggar Talenta yang berupa buku antologi diterbitkan oleh Kanisius. Aku terus-terang kurang begitu tahu tentang sejarah awal sanggar ini. Wong aku ikutnya pas terakhir-terakhir.
Waktu itu kami sempat menghasilkan satu buku antologi. Senang rasanya. Seingatku itu adalah pertama kalinya tulisanku muncul dalam bentuk buku. Sempat pula mau membuat buku antologi berikutnya. Tapi entah mengapa (sepertinya) batal. Sampai sekarang tidak ada kabarnya naskah itu. Padahal kami sudah dibayar.
Waktu berlalu. Aku tak pernah mendengar kabar tentang sanggar itu lagi. Suatu kali, awal-awal aku membuat blog, aku menemukan blog Femi. Isinya tentang hal-hal sehari-hari yang ia alami. Dari blognya itu aku tahu Femi beberapa waktu lalu hampir setiap akhir pekan pulang ke Jogja (dia bekerja di Jakarta). Walaupun kedua orang tuanya sudah meninggal, dia masih pulang ke Bumijo.
Salah satu tulisan Femi yang aku ingat (sepertinya tidak dipasang di blognya), adalah tulisan tentang ibunya. Tulisan itu kubaca ketika aku hadir saat doa peringatan ibunya yang berpulang. Seingatku itu adalah tulisan yang membuatku langsung mengharu biru. Aku lupa tulisan itu seperti apa. Tapi di dalam tulisan itu aku merasakan rasa sayang Femi terhadap ibunya. Tulisan Femi di blognya juga khas: singkat dan personal. Aku kadang-kadang membaca blognya–diam-diam. Lagi pula komentar di blognya juga ditutup, jadi aku tidak pernah menulis komentar di sana.
Lalu kemarin sore aku mendapat kabar bahwa Femi adalah salah satu penumpang pesawat Sukhoi yang naas. Aku masih tidak percaya. Aku masih berharap dia baik-baik saja. Tapi jika mengikuti berita, hanya keajaiban yang membuatnya bisa selamat. Ah, dia masih muda ….
Fem, padahal aku ingin membaca kelanjutan blogmu.
Blog Femi yang lain:
Ini juga ditulis oleh Femi: http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=1059
Dan ini tentang Femi: http://www.mediaindonesia.com/read/2012/05/10/318757/37/5/Dukungan-Femi-Si-Wartawan-Cerdas-terus-Mengalir
turut berduka sekali meski belum kenal, ya berhentilah ia berkarya.
Ikut prihatin dan berbelasungkawa atas musibah penerbangan ini…
Semoga sahabat Mbak Kris termasuk yang diberi keajaiban…
sedih rasanya jika mengetahui seseorang yang kita kenal, langsung atau lewat tulisan mendapat musibah begitu ya. Turut berduka cita….
Belum ketemu ya Mba Sukhoinya? Sering banget ya pesawat jatuh di gunung Salak situ
aduh ikut sedih ngebacanya… ikut berduka cita ya…
yaa allah ikutan sedih mbak baca terakhirnya mbak femi di sukho juga π¦ semuga diberikan keselamatan buat semuanya π amien.
Duh…sedih bacanya mba Kris..
Tercekat membaca ini Mbak Kris..Nasib membawa Femi naik Sukhoi itu dan berakhir seperti ini. Semoga mereka tak terlalu merasakan sakit saat mengalaminya ya Mbak Kris. Amin
Aku nggak kenal, tapi buanyakk banget temanku yang kenal dengannya.. so anggaplah aku kenal.. Rest in peace!
innalillahi… ikut berdoa untuk mbak femy… terimakasih ceritanya, kadang kehidupan memang mengejutkan, tapi inilah jalan yang kadang harus kita lewati…
Ikut prihatin dan belasungkawa Menik…..
Semoga Femi sudah damai disana
Aku merasa tidak kenal Femi… tapi buanyaakkk banget temen-temenku yang kenal dia… Femi juga adalah adik temanku di kampus…
Dan, kemarin aku baru saja diingatkan Mbakku… rupanya aku pernah kenalan dengan Femi di komunitas Nandan… Walah… ternyata… lamat-lamat aku ingat, sosoknya kayak kakaknya itu…
Semoga dia berbahagia di tempat yang lebih baik…
Iya, dia itu mirip banget sama kakaknya. Nggak kebayang betapa sedih kakaknya ya Na.
http://khazanahpikir.blogspot.com/2012/05/normal-0-false-false-false-en-us-zh-cn.html [Writing this I found a post in Kris’ blog,…]
Banyak yang merasa kehilangan Fe. Dia sekarang jadi teman dari Surga. Oya, saya nemu blog sampeyan dari blognya Endah.
Iya, betul Mas. *Eh, makasih ya sudah mampir ke sini π