Oleh oleh

Suatu siang, aku chatting dengan seorang teman. Dia bercerita bahwa beberapa waktu lalu berkunjung ke Jogja. Dia bertanya kepadaku, “Bakpia mana sih yang enak?” Kemudian dia menyebutkan dua merek. Mungkin dia pikir, karena aku pernah tinggal tinggal di Jogja cukup lama, aku tahu persis mana saja bakpia yang enak.

Ya, aku pernah 11 tahun tinggal di Jogja, tetapi terus-terang, aku kurang tahu bakpia mana yang enak. Aku hanya tahu beberapa merek yang menonjol. Sebenarnya lebih tepat nomor bakpia, bukan merek. Konon kabarnya nomor bakpia itu disesuaikan dengan nomor rumah pembuatnya. Tetapi belakangan ada pula yang tidak memakai nomor, melainkan nama. Lalu apakah bakpia merek X lebih enak daripada merek Y, aku kurang tahu. Pernah sih aku makan bakpia dari merek-merek tersebut. Rasanya? Enak-enak saja.

Aku bukan pecinta fanatik bakpia. Bisa dibilang, aku amat jarang makan bakpia atau membeli bakpia secara khusus untuk camilan di rumah. Biasanya aku membeli bakpia hanya untuk oleh-oleh. Dan karena tujuannya untuk oleh-oleh, aku tidak memakannya. Jadi, aku beli untuk kemudian kuberikan kepada orang lain.

Dulu, aku hanya tahu bakpia itu hanya diproduksi di daerah Patuk, dekat Malioboro sana. Tetapi suatu kali, salah seorang teman mengatakan bahwa Minomartani juga merupakan sentra pembuat bakpia. Sejak saat itu, aku lebih memilih membeli di Minomartani, yang jaraknya dari rumahku hanya sekitar 5 menit naik motor. Kalau harus ke Patuk, aku butuh waktu kira-kira 30 menit. Tentu aku pilih yang dekat dong ….Dan harga bakpia Minomartani lebih miring. Soal rasa–menurutku–tak jauh berbeda. Ini menurutku lo, entah kalau menurut orang lain.

Hal ini berbeda dengan sambal pecel Madiun. Kalau di sana, pecel adalah makanan yang biasa dihidangkan untuk sarapan. Pecel ada di mana-mana. Rasa-rasanya di setiap pojok kampung pasti ada penjual pecel di pagi hari. Di sekitar rumahku di Madiun sana, setidaknya ada dua orang penjual pecel. Walaupun biasa untuk hidangan sarapan, pecel juga bisa didapatkan pada siang dan malam hari. Hanya saja, penjual pecel di pagi jauh lebih banyak.

Karena pecel sudah menjadi makanan yang biasa dihidangkan di meja makan, tentu aku lebih tahu mana sambel pecel yang lebih cocok dengan lidahku–dan selera orang banyak. Lagi pula, Madiun adalah kota kecil, jadi pembuat sambel pecel yang cukup besar tidak terlalu banyak. Jadi, cukup mudah bagi kita untuk mengetahui di mana pembuat sambel pecel yang favorit.

Bakpia dan sambel pecel. Bagaimanapun aku merasa lebih dekat dengan sambel pecel, karena lebih sering mengonsumsinya. Mungkin karena membuat pecel itu mudah: tinggal merebus sayuran lalu dibubuhi sambel pecel yang sudah dicairkan. Sedangkan bakpia, aku seringnya membeli untuk diberikan kepada teman atau tetangga, tetapi tak ikut mencicipinya. Mungkin karena itu pula aku tak terlalu memedulikan merek atau nomor bakpia, dan tak terlalu tahu mana bakpia yang paling enak.

Ngomong-ngomong, kamu suka yang mana? Bakpia atau (sambel) pecel?

17 thoughts on “Oleh oleh

  1. Saya satu aliran dengan Kris …
    Saya tidak pernah hafal Bakpia keluaran mana yang enak …
    Perasaan saya … sama saja tuh …
    Memangnya ada banyak produsen ya di Pathuk itu ? (hehehehe )(naif)

    Menjawab pertanyaan kamu …
    Lebih suka mana antara Bakpia dan Sambel Pecel …
    Aku pilih … kerupuk Lempeng … (itu lho krupuk yang segi empat tipis putih … terbuat dari beras ? … yang enaknya dimakan bersama pecel …)(aaarrrghhh itu nikmat banget weiceh )

    HEhehe …

    Salam saya Kris …

    1. Saya juga merasa begitu, bakpia kok rasanya sama saja ya. Memang pernah sih saya makan bakpia yang rasanya nggak karuan, tp itu cuma sekali. Di Patuk memang banyak pembuat bakpia. Mungkin hampir 1 kampung tuh yg bikin. Begitu juga di Minomartani, banyak banget! Masuk saja ke salah satu gang, nanti di situ akan dengan mudah kita menjumpai pembuat bakpia…

  2. Back to your Question …
    Jawaban Saya … Sambel Pecel ..

    Why ?
    Terasa “lebih personal” …
    Tidak massal … seperti bakpia …

    Salam saya lagi

  3. Bakpia atau sambel pecel? Kalau ada yang ngasih mah sama-sama saja sukanya…kalau serabi atau wingko baru bisa berasa mana yang lebih suka…
    Tapi kalau Kris mau pulang kampung mending oleh-olehi aku lurik…hahahaha…melenceng dari pertanyaan. Terima kasih bukunya ya…nunggu yang ada nama Krismariana di sampul depan nih…hehehe…

    1. An, semua orang dari daerah kita (melayu dan sekitarnya) pasti tidak bisa membedakan apa itu pecel, gado-gado, dan lotek. Karedok mungkin lebih mudah dibedakan. Aku juga baru tahu rasanya pecel yang bener2 pecel, bukan gado-gado, setelah beberapa puluh kali percobaan. Dan itu nyobanya di ibukotanya pecel alias madiun.
      Tapi masih kalah lah dengan panggang ikan dimakan pakai sambal belacan asli Sijuk, haha…

  4. Aku juga jarang bgt beli bakpia untuk dimakan sendiri, biasanya sih beli untuk oleh2..
    sambel pecel? enakan bikin sendiri, lebih sesuai selera..
    Menurutku yang “awam” sambel pecel, bagiku sambel pecel yg dijual udah jadi itu sama saja rasanya, ada yg kepedesan, ada yang trll manis…

  5. Aku nggak suka manis jadi nggak terlalu suka bapkia..
    Aku sangat suka pecel karena aku seneng pedes..

    Tapi itu semua dulu…
    Sekarang, setelah dua tahun tinggal di Australia, bagiku Bakpia buatan manapun asal dari Jogja tetaplah nyamleng 🙂
    Dan masakan pedas…. wew, aku sudah tak terbiasa dan takut mencret 🙂

  6. pilih dua2nya,

    pernah dioleh2i bakpia enak, kabarnya sih pembuatnya dekat2 kaliurang,
    pas ngecek sendiri per telpon, ternyata mahaalll dibanding bakpia pathuk

  7. Saya suka dua-duanya…..bakpia merk tertentu memang terasa lebih lembut di lidah.
    Saya barusan mudik Kris, dan menikmati sarapan sego pecel dipincuk, tanpa mandi pagi…hmm sedaaap

  8. hmmm bakpia…aku makan sedikit, dan tidak tahu yang enak yang mana. Tidak begitu suka manis.

    Kalau sambal pecel yang kutahu cuma Karangsari. Tapi dulu aku pernah dapat sambal pecel buatan sendiri dari seorang Indonesia di Tokyo, dan itu enak sekali. Kabarnya dia pesan di suatu tempat terkenal, yang saya tidak tahu.

    EM

  9. Suka 2.2nya mbak Kris! 🙂
    eunak je…
    Kalo bakpia yg enak tuh no 75 (tapi agak larang dibanding no lain :p)
    Kalo sambel pecel.. mana2 suka.. gak liat merk hehehe

  10. Kalo suruh milih saya pasti n tentu pilih sambel pecel…karena aku suka banget apalagi sama kerupuk pok ( kerupuk pasir ) kerupuk daerahku mantepz tenan..

    Bakpia suka juga tapi kl sambel pecel no 1 dech……….

  11. aku wong jowo, jadi yo pasti aku suka dua2 nya…bakpia, asal yang rasa original (kacang ijo), aku suka banget, tapi ya ga inget apa merk nya, asal ga basi, yo pasti enak…hehe….kalau sambal pecel, aku suka buatan tukang sate langganan di rumah eyangku di Ngawi, ah pokoknya kalau pas mudik kesana, pasti pesan utk dibawa pulang.

    mb kris juga tinggal di Madiun? eyangku juga tinggal disana (dulu) di daerah oro-oro ombo, tiap pagi, pasti sarapan nasi pecel komplit pakai serundeng…ah kangen suasana itu….trims postingannya…

Leave a reply to Retty Cancel reply