Pengingat Manis di Dunia Maya

Sebenarnya aku ingin melanjutkan cerita waktu aku ke Jogja akhir tahun lalu. Tapi ya … belakangan ini banyak hal yang terjadi. Awalnya hardiskku rusak. Data-data hilang. Termasuk beberapa pekerjaan dan beberapa arsip foto. Untung sebagian ada yang sudah kusimpan di flashdisk. Kalau foto sebagian sudah aku unggah di FB. Aku teledor juga sih. Sebenarnya hati kecilku sudah mengingatkan agar menyimpan ulang semua pekerjaan di flashdisk. Tapi ya sudah. Untungnya pula pekerjaan yang mesti kuulang tidak sulit. Jadi cepat waktu mengerjakan ulang. Pokoknya dilihat positifnya saja deh. Hehehe. Kata temanku, pelajaran yang bagus mahal harganya. Masuk sekolah aja sekarang mahal banget kan? 😀 Yang penting semangat tidak hilang kan? Itu yang penting dan selalu kuingatkan pada diriku sendiri. Jangan menyerah walaupun beberapa calon tulisanku hilang. Jangan mundur walaupun ada bagian pekerjaan yang hilang. Katanya sih, orang yang sukses itu orang yang selalu bangkit walau sudah gagal beberapa kali. Yay! (Tepuk tangan buat diriku sendiri.)

Lalu, aku flu nggak sembuh-sembuh. Sakit sembuh. Sakit sembuh …. Sampai bosen harus tidur terus. Sekarang sih sudah mendingan. Semoga nggak tepar lagi.

Beberapa hari yang lalu aku dapat kabar ada seorang kakak asramaku dulu yang sakit, mengalami kondisi kritis, lalu akhirnya dipanggil Bapa. Sebenarnya aku tidak pernah kenal dan ketemu dia secara langsung. Angkatannya jauh di atasku. Kalau tidak salah sebaya dengan Kak Mimi. Tapi berkat grup Syantikara di FB aku jadi kenal dia. Namanya, Tabita Simawati Gunawan. Dia pernah juga menuliskan komentar di blogku, di halaman “yang di balik layar.” Siapakah dia? Dia seorang jurnalis, penerjemah, dan petarung yang tangguh dengan penyakitnya. Ada kanker yang bercokol di payudaranya. Tapi yang menarik adalah, dia tidak pantang menyerah. Lihat blognya di sini: ayomari.blogspot.com. Setiap kali aku membaca blognya, aku melihat keceriaan dan semangat pantang menyerah yang selalu ia tuangkan dalam tulisannya. Dia banyak bercerita tentang sakitnya, tentang kelemahannya sebagai manusia biasa, tetapi tidak ada kata menyerah. Kadang aku terharu membaca tulisan-tulisannya. Dan jujur saja Kak Tabita ini mengingatkanku pada sahabatku, Mbak Tutik

Aku kemudian berpikir, wah untung ya Kak Tabita menulis blog. Dan kurasa blog itu akan jadi warisan yang berharga di dunia maya yang selalu bisa dikunjungi setiap orang. Ngomong-ngomong soal warisan blog ini aku teringat pada alm. Pak Mula Harahap. Dia menulis blog juga semasa masih hidup. Coba tengok blognya di sini. Ceritanya lucu-lucu lo. Cerita tentang masa kecilnya. Dan dia jujur sekali dengan dirinya, termasuk cerita yang menurutku bisa memerahkan wajah. Tapi dia bercerita saja. Mungkin dia ingin dikenang sebagai seorang bapak, opa, paman, teman yang lucu dan ceria. Di bagian awal blognya, dia sudah merencanakan blog ini bisa jadi tempat peziarahan yang manis untuk mengenangnya. Dia menulis begini “Kalau para kekasih hati saya menziarahi makam saya … mereka cukup melakukan ziarah dengan sekali klik dan tiba di makam saya, yaitu blog saya ini.” Dia juga banyak membagikan pengalaman, pengetahuan/pemahaman yang ia miliki. Tulisan-tulisannya di blog sudah dibukukan oleh penerbit Gradien Mediatama, berjudul Ompung Odong-Odong. Buku dengan subjudul Membingkai Kenangan, Merangkai Makna itu menampung semua tulisannya, termasuk status-status beliau di FB. Aku selalu terhibur dan bisa terkekeh sendiri saat menelusuri buku ini. Memang sih, kalau mau gratis, bisa baca di blognya, tak perlu baca bukunya. Tapi entah kenapa ya, aku merasa perlu membeli buku ini. Untuk mengenang beliau. Agar bisa setiap saat menarik semangatnya. Agar bisa selalu belajar kejujuran dalam menulis–walaupun hanya tulisan di blog.

Hmmm … pada akhirnya aku mau ngomong apa sih? Apa pesan moral dari tulisan ini? (Halah, penting ya ada pesan moral? :D) Walaupun aku kurang suka dengan embel-embel pesan moral, aku cuma mau mengingatkan pada diriku sendiri lewat tulisan ini. Semoga saja hal ini juga ada gunanya untuk kalian, para pembaca blogku. Begini, pertama dari tulisan ini aku mau mengingatkan diriku sendiri supaya pantang menyerah. Walaupun ada penghalang, tetap maju terus. Entah penghalang itu berupa penyakit, kerusakan alat, cuaca, dan teman-temannya, terus maju ya. Jangan berhenti dan kecil hati. Kedua, menulislah! Bagikan semangatmu, bagikan pengalamanmu, bagikan pengetahuanmu. Untung lo sekarang ada blog. Bisa ngeblog gratis pula. Tidak perlu menunggu dimuat di koran. Walaupun kalau di koran kita bisa dapat honor, tapi orang menulis untuk berbagi tidak perlu diiming-imingi honor dulu kan? 🙂 Apa yang kita tuliskan dapat menjadi hal berharga yang bisa dinikmati orang lain. Jadi, mari kita ngeblog … Yuk, mareee!

13 thoughts on “Pengingat Manis di Dunia Maya

  1. Aku mendapat spirit yang luar biasa dari tulisanmu ini, Nik! Semacam pemurnian motivasi gitu! Salut! Yuk ngeblog!

    Mari berbagi hal positif lewat blog 🙂

  2. merinding saat membaca bahwa blog adalah makam kita…

    tapi emang ada benarnya juga, ketika ingin mengingat seseorang dengan mengunjungi blognya dia seakan masih ada di dunia ini…

    tulislah sebanyak yang kita mampu untuk menjadikan makam kita penuh kenangan 😀

    setuju. kenangan yang indah, yang senantiasa memberi semangat dan hal positif

  3. soal blog adalah makam, memang itu maksudku juga waktu membuat TE. Jika aku sudah tidak ada, masih bisa dikenang lewat blog. Tapi karena domainnya berbayar, aku harus memberitahukan pada seseorang dimana dan bagaimana perpanjangnya, kalau perlu bayar utk 50 th ke depan hahaha

    iya, mbak… aku baru menyadari bahwa tulisan-tulisan di blog kita berharga saat hardiskku jebol dan kak tabita meninggal. blognya kak tabita bagiku inspiratif. kalau tulisan kita menarik pasti banyak disukai dan jadi kenangan yg manis ya

  4. Ide menjadikan blog sebagai makam kita yg bisa dikunjungi sekali klik itu luar biasa Mbak Kris. Aku tambah semangat pengen menulis terus. Gak masalah bagaimana sederhananya aku akan menuangkan semua yg terasa, agar suatu saat kelak bisa jadi kenangan bagi anak cucu. Tks telah menuliskannya. Aku akan berkunjung ke makam mereka yg telah tiada itu, menyerap spiritnya untuk kugunakan dalam hidup 🙂

    Ya betul Mbak Evi, spiritnya itu yang selalu bisa kita tularkan lewat tulisan kita di blog. Makam tidak selamanya tampak menyedihkan dan menakutkan to? Dengan tulisan kita bisa berbagi hal-hal baik

  5. Semoga “makam” kita menjadi “makam” yang menarik buat pengunjungnya…
    Kalaupun tak mewariskan harta, minimal bisa mewariskan tulisan
    Salam!

    Setuju Pak… mari kita wariskan tulisan yang menginspirasi banyak orang 🙂

  6. yeah.. pas banget mbak.. semalem aku baru aja posting.. Intinya juga adalah pada dasarnya aku menulis karena aku mau cerita dan itu artinya bakal setiap hari. Karena aku punya cerita yang gak pernah sama setiap harinya. Nah, kalopun gak ada postinganku hari itu, bukan berarti aku gak punya cerita. Cuma karena gak ada jaringan internet aja makanya gak diposting…

    Hehehhe.. nantinya kebayang juga kok kalo blog bakal jadi salah satu warisan. Wong diary aja udah ada berapa buku.. 🙂 Itu bagiku adalah benda berharga. Story that lives.. (eh, bener gak sih grammarnya?).

    Ida, URL-mu kok nggak kamu munculin sih? Hehe, protes duluan :p Ya, kalau dikumpulkan, cerita kita setiap hari pasti jadi banyak ya. Dan bisa jadi buku tuh! 😉

  7. Lucu juga itu, blog sebagai makam. Tapi nanti siapa yang jawab komentar/ pertanyaan ya?

    Setahuku kalau Pak Mula dia kasih tahu password-nya ke anaknya. Kalau yang jawab tiba-tiba si pemilik aslinya, hihihi… gimana ya? hahaha

  8. Blognya jeng Kris juga bagaikan taman. Keindahan, keharuman tutur mengundang dan membuat krasan pengunjung, lha ini datang lagi si pengunjung. Selamat berkarya terus jeng setelah menata ulang data yang selamat. Salam

    Terima kasih sudah berkunjung kembali ke sini Mbak 🙂

  9. Wuaaah, jangan-jangan itu flashdisc yang ada pesananku itu yaaaa. Wkwkwkw… tetap semangat! Jatuh satu kali, bangkit seribu kali :)))

    Ini sedang dalam proses bangkit dari kubur… hihi

  10. setuju, bagiku juga tulisan di blog juga untuk kenang2an buat anak2 nanti,
    pernah kutuliskan di salah satu tulisanku
    karena terinspirasi dari film Sunshine on my shoulder

    Iya, Mbak. Anak-anak pasti akan senang membaca tulisan ibunya ya. 🙂

  11. Menik, saya sudah mengunjungi ayomari….betapapun sulitnya beliau pantang menyerah, ini yang harus kita tiru.
    Saya menulis blog tujuannya sederhana, selain sekedar sharing pengalaman, juga semacam mengeluarkan memori dari pikiran, keinginan-keinginan, juga sebagai warisan nantinya…hehehe…kok kita jadi ngomongi warisan sih.

    Iya, Bu. Saya juga kagum waktu membaca blog Kak Tabita. Warisan tulisan pun pasti berarti, ya Bu? 🙂

  12. Pingback: My Homepage

Leave a reply to honeylizious Cancel reply