Aku dan Televisi

Sejak di Jakarta ini, aku jarang sekali menonton televisi. Belum tentu seminggu sekali menonton televisi. Kalaupun menonton, paling tak lebih dari satu jam, dan itu pun bukan acara televisi yang kugemari. Kenapa bisa begitu? Karena aku tidak punya televisi. Lebih tepatnya belum memilih atau memutuskan untuk punya televisi. Hare geneeee, kagak punya tipi? Nyang bener aje? Iya, bener… kami, aku dan Oni suamiku, masih memilih untuk mengandalkan internet dan radio. Televisi belum jadi pilihan. Jadi aku paling menonton televisi saat maen ke rumah temanku yang berjarak tiga gang dari rumahku. Tapi itu pun paling yaaaa … seminggu sekali lah. Dan biasanya yang sedang disetel oleh keluarganya adalah sinetron. Lagi pula, jika malam hari apa ada acara lain yang bisa ditonton selain sinetron?

Tidak adanya televisi yang siap disetel dan ditonton setiap saat ini sudah berlangsung hampir dua tahun. Tapi sebenarnya ini bukan kejadian baru. Ketika aku di asrama dulu, menonton tivi juga bisa dibilang sangat jarang kulakukan. Di asrama ada tivi sih, tapi hanya boleh ditonton kalau pas jam berita dan pas malam minggu sampai minggu siang saja. Tapi biasanya pas jam berita pun tak ada anak asrama yang menyetel tivi. Yang paling rame adalah ketika malam minggu. Ruang tamu yang cukup luas itu separonya dipenuhi dengan anak-anak asrama. Jadi, kalau ada teman yang datang di malam minggu, ya jadi kurang nyaman ngobrolnya karena anak-anak asrama yang nonton tivi itu pasti hebooooh. Hehehe.

Beberapa hari yang lalu, anaknya temanku datang ke rumah dan bertanya, “Jadi, Tante tidak menonton tivi?” Terdengar nada heran di suaranya.

“Enggak,” jawabku pendek.

“Trus gimana?” tanyanya lagi.

“Ya nggak gimana-gimana,” jawabku enteng.

Mungkin bagi banyak orang, tidak menonton tivi adalah hal yang tidak biasa. Setiap rumah hampir selalu ada televisi, dan jika ada tamu yang berkunjung, siaran televisi jadi salah satu “hidangan” yang disuguhkan. Jadi, kalau sedang kehabisan bahan pembicaraan, nonton tivi saja bareng-bareng. Itu sudah (dirasa) cukup.

Aku bukan orang yang betul-betul anti dengan siaran televisi. Kalau aku pulang ke Jogja, aku juga masih menonton televisi kok. Yang biasanya kutonton adalah acara memasak, jalan-jalan, dan film kartun! Hihihi. Kalau ada film yang bagus kadang aku tonton juga.

Tapi ada satu hal catatanku kalau menonton tivi: males banget kalau lihat sinetron. Uuuuhhh! Membosankan! Ceritanya wagu dan nggak mutu. Akting pemainnya pun konyol: ada yang suka ngomong sendiri di pojokan, dandannya yang lebay, akting yang pas-pasan. Tapi aku heran, kok sepertinya banyak juga yang nonton ya?

Ngomong-ngomong soal sinetron,  duluuuu … waktu televisi-televisi swasta belum ada–waktu TVRI masih jaya-jayanya, aku termasuk pecinta sinetron. Aku masih ingat beberapa sinetron yang aku sukai: Serumpun Bambu, Jendela Rumah Kita, Dokter Sartika, ACI–Aku Cinta Indonesia, mmm…. trus apa lagi ya? Oiya, Losmen. Trus, waktu itu juga dibuat tayangan cerita Sengsara Membawa Nikmat (yang kemudian Sandy Nayoan jadi banyak yang naksir tuh) dan Sitti Nurbaya. (Btw, dua yang terakhir aku sebutkan itu termasuk sinetron apa enggak ya?) Rasanya, dulu aku selalu menanti-nantikan tayangan sinetron deh. Dan dulu sinetron tidak diputar tiap hari. Seminggu sekali kalau tidak salah. Dan kalau aku kelewatan menonton satu seri saja, rasa kehilangan itu dalam sekali rasanya (haiyah, lebay deh!). Rasa-rasanya sinetron zaman dulu ceritanya sederhana tapi mengena. Dan aktingnya cukup bagus. Ini apa karena waktu itu aku masih kecil, jadi hal yang biasa saja sudah tampak bagus ya?

Sekarang, dengan jarangnya aku menonton televisi, aku tak tahu lagi apa saja sinetron, lawakan, atau acara lain yang sedang hit. Aku juga tidak tahu gosip para selebritis yang sedang marak dibicarakan. Walaupun akhirnya tahu, tapi biasanya aku sudah termasuk ketinggalan berita. Tapi meski begitu, kenapa aku rasanya tidak kangen dengan tayangan-tayangan televisi yang ada ya? Anak temanku tadi mungkin tak bisa mengerti kenapa aku tidak merindukan televisi. Dan kurasa tak banyak orang yang bisa mengerti. Tapi bagiku, hari-hari berlalu tanpa televisi, kok rasanya biasa saja ya?

Kalau bagi kalian, sepenting apa sih televisi itu dalam hidup kalian?

23 thoughts on “Aku dan Televisi

  1. Televisi buat aku, Mbak?
    Sangat penting.
    Karena dengan adanya televisi, aku bisa nonton DVD serial yang sangat aku suka… *masalahnya, laptopku nggak ada DVD-romnya, jadi butuh bantuan televisi juga buat nonton.. hehehe*

    Aku juga nggak suka sinetron, nggak suka infotainment… Demennya ngeliat acara masak dan traveling aja… 🙂

    1. iya, nonton film DVD itu penting hihi. dan kadang aku juga pengen punya tivi tp hanya utk nonton doang. selama ini sih nonton masih pake PC atau laptop sih…

  2. Meskipun di rumah ada televisi, tapi aku juga belum bisa sepenuhnya menikmati kehadirannya. Mengapa? karena sering berebut waktu dengan anak-anakku yang sedang gemar menonton kartun kesayangannya.

    Tentang Sinetron, mengapa di TVRI dulu bagus-bagus, karena menurutku : ceritanya, pemainnya, settingnya, cukup membumi. Selain itu tidak dipaksakan ada sekuel 1 hingga tak terbatas..

    1. sinetron dulu bagus2 karena nggak kejar tayang kaya sekarang kali ya? dan nggak ada iklan, jadi lebih idealis :p

  3. Aku ndak pernah noton TV juga kok, hahaha… TV ku sudah terlupakan… selalu mati… ndak pernah nyala. Kalau ada waktu luang selalu habis didepan komputer. Dan iya, banyak teman yang heran kalo aku ndak nonton TV.

    Bales aja,. “Hari gini masih nonton TV? Sinetron?” 😀

  4. Tenang Kris…televisiku kayaknya udah berumur lebih dari 10 tahun dan serumah cuma dua..di ruang keluarga dan di kamar si mbak.

    Nontonnya kalau pas berita (kalau lagi mau) atau sekalian buat nonton film kalau pas beli VCD/CD nya. Sejak si sulung pindah ke Denpasar, saya lebih suka baca sambil tiduran dibanding nonton TV apalagi sendirian..males deh. Kalau suami datang ke Jakarta, sambil makan biasanya nonton..dan hanya berita, itupun sekarang juga menyebalkan…memang enak dengerin radio…apalagi yang lagunya enak2 (walau nggak ngerti siapa yang nyanyi), tapi kalau untuk nemeni kerja sungguh asyik

    1. iya bu, saya selama ini mengandalkan radio sebagai teman. lebih asyik lagi kalau bisa kenal penyiarnya 😀

  5. Saya pikir …
    Televisi tidak melulu tentang Sinetron …
    Ada banyak lagi acara yang bisa kita tonton …
    Kick Andy misalnya …
    Atau kisah-kisah petualangan mengunjugi pelosok-pelosok Indonesia … dan sebagainya …
    Sama dengan media yang lain saya pikir …
    Ada yang Bagus … ada pula yang … Yaaaaa begitu lah …

    Salam saya

    1. kalau saya sih, sukanya film kartun, acara masak, dan traveling om. tp sinetron memang sptnya bertebaran dari jam ke jam ya…

  6. waktu aku pertama datang ke Jepang, sahabatku hanya televisi. Dengan menonton berita dan drama, bahasa Jepangku lumayan deh.
    Tapi sejak kerja setiap hari, pulang jam 11 malam, pergi jam 8 pagi, kapan nonton TV nya?

    Sekarang TV ku monopoly Riku dan Kai. Tapi kami wajib dan suka menonton berita pagi, karena banyak info juga selain berita. (Dan TV pagi itu penting karena sampai jam 9 pagi ada tulisan jam nya di kiri atas. Jam yang paling tepat se Jepang hihihi. Riku akan pergi ke sekolah kalau jam menunjukkan pukul 7:45.

    EM

    1. aku kadang pengen langganan TV kabel utk memperdalam kemampuan listening bhs Inggris Mbak. tp aku di Jkt masih ngontrak, males ngurusnya kalau pindah2 rumah…

  7. Aku mulai tak menyukai televisi setelah pindah ke Jogja. Tapi sebagai kompensasinya, setiap mudik aku slalu betah di depan televisi.

    Di Australia sini, aku paling suka siaran dokumenter. Ada sebuah stasiun televisi yang nyaris semua acaranya adalah sajian dokumenter.

    Sinetron? Wagu? Iya! Tapi aku justru kangen ke-wagu-annya jhe hahahaha

    1. Aku seneng banget film2 dokumenter Don! Kalau ke rumah omku yg langganan TV kabel biasanya yg kucari ya itu. Hehehe…

  8. televisi? paling nonton acara olahraga, berita, kadang film lepas … lah kok lengkap yach..

    sinetron males banget

    oh ya satu lagi, musik sepintas ajah, krn nyrempet-nyrempet pekerjaan sih.. biar update perkembangan musik saja 🙂

    1. memang sih, internet d sini masih lemot… tapi internet sangat membantu dlm pekerjaanku juga, terutama kalau nyari2 informasi…

  9. Aku bukan TV addict…
    semenjak pindah ke Kalimantan dan Sulawesi, aku terpaksa berlangganan TV kabel. dan beberapa program acaranya bagus-bagus yang jadi favoritku seperti Discovery Channel, HBO, AXN, dsb..
    Tv swasta jadi terlupakan hehe…kecuali Metr*TV..

    hah! aku paling sebel sama sinetron, sama sekali nggak mendidik tuh…

  10. Udah 2 tahun aku hidup tanpa punya TV. Dulu punya TV hanya buat satu tujuan, belajar listening plus baca huruf kanji. Acara favorit jg gak jauh dari anime (sampai2 Doraemon jadul yg di rerun jg kutonton koq) dan film. Aku kurang suka dorama.

    Acara lawaknya memang kadang lucu sih, tp masalahnya selera humor orang jepun kadang terasa aneh. Pernah aku nonton bareng orang jepang, mereka ketawa terbahak, akunya bingung dengan lawakannya. emangnya apanya yg lucu? padahal aku ngerti bahasanya, mungkin yg aku gak ngerti esensinya….

    1. kalo soal lawakan, nggak usah jauh2 di Jepang. aku aja klo pulang ke Madiun, bisa nonton TV lokal (siaran Surabaya klo gak salah). menurutku lawakannya jauh lebih lucu dibanding lawakan tv2 yg lain. maklum, wong ndeso, jadi sukanya guyonan ndeso juga 😀

  11. “… Ceritanya wagu dan nggak mutu. Akting pemainnya pun konyol: ada yang suka ngomong sendiri di pojokan, dandannya yang lebay, akting yang pas-pasan. Tapi aku heran, kok sepertinya banyak juga yang nonton ya?”

    Menurutku sebagai pengiburan, setelah sepanjang hari hidupnya diwagukan oleh lingkungan sekitar yang wagu-wagu dan ternyata di TV ada juga yang mau dibayar mahal untuk berakting wagu tanpa malu-malu he he he. Wagu tenan ya analisisku?

Leave a reply to krismariana Cancel reply